Rabu, 29 Desember 2010

Cacar Air pada Ibu Hamil

Bismillah...
Usia kandungan saya 4 bulan (17 minggu 4 hari), saat ini saya sedang terkena cacar air, awalnya biasa saja, tapi setelah saya browsing di mbah google, ternyata bahaya banget... apalagi, saya punya riwayat pendarahan waktu usia kehamilan 2 bulan, pendarahan karena ada dua GS dirahim saya, janin yang satu tumbuh secara sempurna namun janin saya yang satu lagi trnyta tidak berkembang. Alhamdulillah..saya masih diberi kesempatan untuk merawat janin yang satu lagi.. tapi sedih juga karena harusnya saya punya anak kembar tapi tidak jadi...
Sekarang, Allah menguji saya dengan mencicipi sebuah virus yang bernama varicella simplex..

Kamis, 02 Desember 2010

Ibu Cerdas, Keluarga Sukses

Kecerdasan yang harus dimiliki ibu tidak lagi sekedar kecerdasan intelektual (IQ), tetapi juga kecerdasan emosional (EQ) serta kecerdasan spiritual (SQ) yang ternyata berperan lebih besar dalam menentukan kesuksesan.
Kesuksesan sebuah keluarga, akan sangat tergantung pada tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh ibu. Karena di tangan ibulah diletakkan sebagian besar penentu nasib anggota keluarga lain, seperti ayah dan anak-anak.
Dari sisi mental dan spiritual, ibu memiliki pengaruh teramat besar kepada anggota keluarga lain. Sebagai istri, perannya akan sangat menentukan kelancaran karir suami. Apakah suami bisa tenang dan bersemangat dalam pekerjaannya, akan sangat ditentukan ada atau tidaknya dukungan moral dari istri. Sebagai ibu, pendidik bagi anak-anaknya, maka kesuksesan dan masa depan anak bahkan tergantung dari kepandaian ibu merajutnya. Itu sebabnya, seorang ibu mutlak harus cerdas. Cerdas spiritual, emosional dan intelektual.
Cerdas spiritual, adalah kecerdasan yang harus dimiliki ibu, berkaitan dengan upaya mengoptimalkan spiritual quotient (SQ) dalam keluarga. Karena hanya rumah yang diwarnai oleh nuansa spiritual quotient yang tinggi-lah yang mampu melahirkan individu-individu yang berakhlak mulia.
Dari rumah lah harus dibangun kedekatan dan ma’rifat kepada Sang Maha Pencipta. Dan dari sana pulalah jiwa religius seseorang mulai terbangun. Pembiasaan beribadah, ajaran akhlak serta penanaman aqidah keimanan tentang makna hidup yang sebenarnya. Bukan sekedar pembelajaran agama secara hafalan dan teori, melainkan melalui teladan dan praktek kehidupan sehari-hari.
Hal penting berikutnya adalah bagaimana ibu membangun kecerdasan emosional dirinya sendiri. Secara umum, kecerdasan emosi dipahami sebagai kemampuan seseorang mengendalikan emosinya serta memahami emosi orang lain, sehingga dengan kemampuan tersebut ia bisa mengambil kebijakan yang tepat dan menguntungkan bagi semua pihak.
Orang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi relative cepat disukai karena ia pandai membawa diri, memahami dan menghargai perasaan orang, serta memberi pengaruh kuat kepada lingkungannya. Kemampuannya berkomunikasi membuatnya lebih mudah mengekspresikan keinginannya terhadap orang lain. Mudah dipahami, jika mereka yang memiliki kepribadian seperti ini akan lebih mudah sukses dalam kehidupan, karena memang ketrampilan-ketrampilan seperti itulah yang lebih banyak menentukan keberhasilan dalam pemecahan masalah.
Sementara, pembentukan kecerdasan emosional pada diri seseorang justru terjadi di masa kanak-kanak, dimana otak anak sedang mengalami pertumbuhan pesat, hingga mencapai 80 % dari pertumbuhan optimalnya. Tentu saja, sebagian besar pembentukan kecerdasan emosi itu akan terjadi di dalam rumah, dengan ibu sebagai pemegang peran kunci utamanya. Mudah dipahami bahwa tingkat kecerdasan emosi anak akan sangat tergantung oleh kualitas kecerdasan emosi ibunya.
Sementara itu berbagai konflik dan permasalahan antar anggota keluarga akan mudah dicari penyelesaiannya jika ibu memiliki kecerdasan emosional. Hubungan dengan tetangga semakin terjaga, dan keluarga bisa berperan lebih bermanfaat bagi lingkungan rumahnya.
Terakhir adalah kecerdasan intelektual, yang bisa diperoleh walau tanpa harus menempuh pendidikan tinggi melalui jalur sekolah formal. Kunci penting untuk meningkatkannya adalah dengan terus menerus belajar. Bukankah belajar tidak harus ditempuh melalui jalur pendidikan formal ?
Ibu bisa menambah ilmu dengan rajin membaca majalah, buku atau bulletin. Ilmu memasak, dekorasi rumah, menjahit hingga pendidikan anak bisa didapatkan di sana. Atau dengan mengikuti seminar, kursus dan berbagai pelatihan. Internet pun bisa menjadi alternative lahan belajar yang luas, mudah dan murah. Bahkan kebiasaan arisan dan ngerumpi dengan tetangga bisa sangat bermanfaat jika diisi kajian-kajian keilmuan.
Ibu tidak mencari titel, tetapi mencari ilmu dan mengasah otak. Dan untuk itu, tidak boleh ada kata lelah untuk berhenti. Walaupun tak ada sekolah untuk menjadi orangtua yang cerdas, seorang ibu tak boleh mengelola keluarga mengandalkan naluri dan pengalaman semata, tetapi harus didasari dengan ilmu. Maka, keberadaan perpustakaan mini bagi ibu di rumah, menjadi sangat prioritas bagi ibu cerdas Indonesia.

Post : www.mushida.org