Sabtu, 25 Februari 2012

Selasa, 14 Juni 2011

cerita inspiratif

Senin, 12 Januari 2009
Hadiah wisuda
Di sebuah keluarga, tinggallah seorang ayah dengan putra tunggalnya
yang sebentar lagi lulus dari perguruan tinggi. Sang ibu beberapa
tahun yang lalu telah meninggal dunia. Mereka berdua memiliki
kesamaan minat yakni mengikuti perkembangan produk otomotif.

Suatu hari, saat pameran otomotif berlangsung, mereka berdua pun ke
sana. Melihat sambil berandai-andai. Seandainya tabungan si ayah
mencukupi, kira-kira mobil apa yang sesuai budget yang akan di beli.
Sambil bersenda gurau, sepertinya sungguh-sungguh akan membeli mobil
impian mereka.

Menjelang hari wisuda, diam-diam si anak menyimpan harapan dalam
hati, "Mudah-mudahan ayah membelikan aku mobil, sebagai hadiah
kelulusanku. Setelah lulus, aku pasti akan memasuki dunia kerja. Dan
alangkah hebatnya bila saat mulai bekerja nanti aku bisa berkendara
ke kantor dengan mobil baru," harapnya dengan senang. Membayangkan
dirinya memakai baju rapi berdasi, mengendarai mobil ke kantor.

Saat hari wisuda tiba, ayahnya memberi hadiah bingkisan yang segera
dibukanya dengan harap-harap cemas. Ternyata isinya adalah sebuah
kitab suci di bingkai kotak kayu berukir indah. Walaupun mengucap
terima kasih tetapi hatinya sungguh kecewa. "Bukannya aku tidak
menghargai hadiah dari ayah, tetapi alangkah senangnya bila isi
kotak itu adalah kunci mobil," ucapnya dalam hati sambil menaruh
kitab suci kembali ke kotaknya.

Waktu berlalu dengan cepat, si anak diterima kerja di kota besar. Si
ayah pun sendiri dalam kesepian. Karena usia tua dan sakit-sakitan,
tak lama si ayah meninggal dunia tanpa sempat meninggalkan pesan
kepada putranya.

Setelah masa berkabung selesai, saat sedang membereskan barang-
barang, mata si anak terpaku melihat kotak kayu hadiah wisudanya
yang tergeletak berdebu di pojok lemari. Dia teringat itu hadiah
ayahnya saat wisuda yang diabaikannya. Perlahan dibersihkannya kotak
penutup, dan untuk pertama kalinya kitab suci hadiah pemberian si
ayah dibacanya.

Saat membaca, tiba-tiba sehelai kertas terjatuh dari selipan kitab
suci. Alangkah terkejutnya dia. Ternyata isinya selembar cek dengan
nominal sebesar harga mobil yang diinginkan dan tertera tanggalnya
persis pada hari wisudanya.

Sambil berlinang airmata, dia pun tersadar. Terjawab sudah, kenapa
mobil kesayangan ayahnya dijual. Ternyata untuk menggenapi harga
mobil yang hendak dihadiahkan kepadanya di hari wisuda. Segera ia
pun bersimpuh dengan memanjatkan doa, "Ayah maafkan anakmu yang
tidak menghargai hadiahmu …. Walau terlambat, hadiah Ayah telah
kuterima…… Terima kasih Ayah.. Semoga Ayah berbahagia di sisiNYA,
amin".

Tidak jarang para orang tua memberi perhatian dengan alasan dan
caranya masing-masing. Tetapi dalam kenyataan hidup, karena kemudaan
usia anak dan emosi yang belum dewasa, seringkali terjadi
kesalahfahaman pada anak dalam menerjemahkan perhatian orang tua.

Jangan cepat menghakimi sekiranya harapan tidak sesuai dengan
kenyataan. Sebaliknya tidak menjadikan kita manja hingga selalu
menuntut permintaan.

Mari belajar menjadi anak yang pandai menghargai setiap perhatian
orang tua.[aw]

Sumber: Selembar Cek oleh Andrie Wongso
http://briliano.multiply.com/

Sabtu, 12 Februari 2011

GADAI RUMAH

GADAI RUMAH

Di sini saya akan memberikan beberapa tips apabila agan-agan mau memberi pinjaman uang kepada seseorang dengan sistem gadai rumah.

Dalam Islam, Gadai itu boleh. Nabi Muhammad SAW pun pernah menggadaikan baju besinya dengan gandum.
Untuk pemanfaatannya bisa seperti ini :
1. Gadai kuda, kuda itu boleh ditunggangi. Atau rumah, mobil, dll.
2. Gadai emas, ada biaya penitipan atau perawatan, itu wajar, tapi bukan bunga lho. Kalau sistem bunga, HARAM....!!

Yang tidak boleh sistem bunga.
Saya akan jelaskan sedikit disini, kalau di pegadaian itu ada pinjaman pokok (dana yang dipinjam) dan bunga dari dana yang dipinjam.
Mis. Pinjam 10 juta, bunga perbulan 1,5%. Jangka waktu selama 12 bulan.
Jadi, 10.000.000,- x 1,5% = 150.000,-.
12 Bulan x 150.000,- = 1.800.000,-.
Berarti apabila kita mau menebus, kita harus mengeluarkan uang sebanyak 10jt + 1.800.000 = 11.800.000,-
Wah...banyak ya bunganya... kasihan dong..

Dan biasanya dalam pegadaian itu,
Apabila ada yang gadai mobil, lalu si peminjam tidak dapat menebus. Maka, mobil tersebut akan di lelang oleh pihak pegadaian. Klu harga mobil yang di lelang lebih tinggi dari pinjaman, sisanya akan dikembalikan setelah dikurangi pokok pinjaman dan bunga. Tapi kan dalam Islam di haramkan sistem bunga.

Jadi, klu menurut saya...
Kalau ada yang mau gadai rumah, ambil saja dengan perjanjian :
1. Rumah tersebut di setujui untuk dapat digunakan oleh si pemberi dana, entah itu untuk di tempati atau di kontrakkan. (Ada untungnya kan...)
2. Harus ada kejelasan apabila si peminjam tidak dapat menebusnya. Misalnya : Apabila memang niat membantu, kalau belum dapat menebusnya di perpanjang jangka waktunya dengan membuat surat perjanjian baru. Atau Rumah akan jadi hak milik (tidak serta merta atau otomatis jadi hak milik ya, masih ada proses yang harus di jalani lagi). Atau di dialihgadaikan ke orang lain. Atau dijual dengan sistem apabila harga rumahnya lebih tinggi dari pinjaman maka akan dikembalikan setelah dikurangi dana yang dipinjam.
3. Yang tidak kalah penting adalah kelengkapan administrasinya, seperti :
a. Sertifikat Rumah.
b. Foto Copy KTP.
c. Foto Copy KK.
d. Foto Copy Surat Nikah.
e. Foto Copy PBB.
f. Surat perjanjian bermaterai.
g. Nomor telepon yang bisa dihubungi.

(Kelengkapan suratnya kok banyak ya...? Sebenarnya sih ga perlu selengkap itu juga, hanya saja jaga-jaga apabila ada sesuatu hal yang tidak diinginkan, kita bisa gampang ngurusnya. Oya, kalau bisa buat surat perjanjiannya di tanda tangani saksi juga, selain tanda tangan si peminjam dan si pemberi dana tentunya, biar lebih mantap, hehe.... Ok!).

Ya..mungkin itu saja kesimpulan dari saya, semoga bermanfaat..

Minggu, 06 Februari 2011

Sembuh.. sembuh.. hore!!

Alhamdulillah..
cacarku dah sembuh.. ternyata, jangan terlalu khawatir sama penyakit ini, insyaAllah ga apa-apa..
waktu itu aku di beri obat CTM, anti virus, dan anti biotik sama dokter.. tapi, aku ga mau minum.. sebenarnya sih minum, cuma yang anti virus, itupun cuma 2-3 kali, coz aku takut kena janinku.. semua obat yang dikasih itu kan ga baik untuk janin, jadi aku milih bertahan sendiri, lagipula cacarku ini tidak parah kok.. so,aku berani ga minum obat.. toh, klu kena virus, ga ada obat yg benar-benar ampuh, karena virus akan sembuh sendiri, obat yang dikasih itu hanya pereda saja, bukan penyembuh.. yang penting daya tahan tubuh kita kuat, virus akan hilang dengan sendirinya..
Alhamdulillah, buktinya ga apa-apa..

Terimakasih ya Allah, atas perlindungan-Mu..

Rabu, 29 Desember 2010

Cacar Air pada Ibu Hamil

Bismillah...
Usia kandungan saya 4 bulan (17 minggu 4 hari), saat ini saya sedang terkena cacar air, awalnya biasa saja, tapi setelah saya browsing di mbah google, ternyata bahaya banget... apalagi, saya punya riwayat pendarahan waktu usia kehamilan 2 bulan, pendarahan karena ada dua GS dirahim saya, janin yang satu tumbuh secara sempurna namun janin saya yang satu lagi trnyta tidak berkembang. Alhamdulillah..saya masih diberi kesempatan untuk merawat janin yang satu lagi.. tapi sedih juga karena harusnya saya punya anak kembar tapi tidak jadi...
Sekarang, Allah menguji saya dengan mencicipi sebuah virus yang bernama varicella simplex..

Kamis, 02 Desember 2010

Ibu Cerdas, Keluarga Sukses

Kecerdasan yang harus dimiliki ibu tidak lagi sekedar kecerdasan intelektual (IQ), tetapi juga kecerdasan emosional (EQ) serta kecerdasan spiritual (SQ) yang ternyata berperan lebih besar dalam menentukan kesuksesan.
Kesuksesan sebuah keluarga, akan sangat tergantung pada tingkat kecerdasan yang dimiliki oleh ibu. Karena di tangan ibulah diletakkan sebagian besar penentu nasib anggota keluarga lain, seperti ayah dan anak-anak.
Dari sisi mental dan spiritual, ibu memiliki pengaruh teramat besar kepada anggota keluarga lain. Sebagai istri, perannya akan sangat menentukan kelancaran karir suami. Apakah suami bisa tenang dan bersemangat dalam pekerjaannya, akan sangat ditentukan ada atau tidaknya dukungan moral dari istri. Sebagai ibu, pendidik bagi anak-anaknya, maka kesuksesan dan masa depan anak bahkan tergantung dari kepandaian ibu merajutnya. Itu sebabnya, seorang ibu mutlak harus cerdas. Cerdas spiritual, emosional dan intelektual.
Cerdas spiritual, adalah kecerdasan yang harus dimiliki ibu, berkaitan dengan upaya mengoptimalkan spiritual quotient (SQ) dalam keluarga. Karena hanya rumah yang diwarnai oleh nuansa spiritual quotient yang tinggi-lah yang mampu melahirkan individu-individu yang berakhlak mulia.
Dari rumah lah harus dibangun kedekatan dan ma’rifat kepada Sang Maha Pencipta. Dan dari sana pulalah jiwa religius seseorang mulai terbangun. Pembiasaan beribadah, ajaran akhlak serta penanaman aqidah keimanan tentang makna hidup yang sebenarnya. Bukan sekedar pembelajaran agama secara hafalan dan teori, melainkan melalui teladan dan praktek kehidupan sehari-hari.
Hal penting berikutnya adalah bagaimana ibu membangun kecerdasan emosional dirinya sendiri. Secara umum, kecerdasan emosi dipahami sebagai kemampuan seseorang mengendalikan emosinya serta memahami emosi orang lain, sehingga dengan kemampuan tersebut ia bisa mengambil kebijakan yang tepat dan menguntungkan bagi semua pihak.
Orang yang memiliki kecerdasan emosi tinggi relative cepat disukai karena ia pandai membawa diri, memahami dan menghargai perasaan orang, serta memberi pengaruh kuat kepada lingkungannya. Kemampuannya berkomunikasi membuatnya lebih mudah mengekspresikan keinginannya terhadap orang lain. Mudah dipahami, jika mereka yang memiliki kepribadian seperti ini akan lebih mudah sukses dalam kehidupan, karena memang ketrampilan-ketrampilan seperti itulah yang lebih banyak menentukan keberhasilan dalam pemecahan masalah.
Sementara, pembentukan kecerdasan emosional pada diri seseorang justru terjadi di masa kanak-kanak, dimana otak anak sedang mengalami pertumbuhan pesat, hingga mencapai 80 % dari pertumbuhan optimalnya. Tentu saja, sebagian besar pembentukan kecerdasan emosi itu akan terjadi di dalam rumah, dengan ibu sebagai pemegang peran kunci utamanya. Mudah dipahami bahwa tingkat kecerdasan emosi anak akan sangat tergantung oleh kualitas kecerdasan emosi ibunya.
Sementara itu berbagai konflik dan permasalahan antar anggota keluarga akan mudah dicari penyelesaiannya jika ibu memiliki kecerdasan emosional. Hubungan dengan tetangga semakin terjaga, dan keluarga bisa berperan lebih bermanfaat bagi lingkungan rumahnya.
Terakhir adalah kecerdasan intelektual, yang bisa diperoleh walau tanpa harus menempuh pendidikan tinggi melalui jalur sekolah formal. Kunci penting untuk meningkatkannya adalah dengan terus menerus belajar. Bukankah belajar tidak harus ditempuh melalui jalur pendidikan formal ?
Ibu bisa menambah ilmu dengan rajin membaca majalah, buku atau bulletin. Ilmu memasak, dekorasi rumah, menjahit hingga pendidikan anak bisa didapatkan di sana. Atau dengan mengikuti seminar, kursus dan berbagai pelatihan. Internet pun bisa menjadi alternative lahan belajar yang luas, mudah dan murah. Bahkan kebiasaan arisan dan ngerumpi dengan tetangga bisa sangat bermanfaat jika diisi kajian-kajian keilmuan.
Ibu tidak mencari titel, tetapi mencari ilmu dan mengasah otak. Dan untuk itu, tidak boleh ada kata lelah untuk berhenti. Walaupun tak ada sekolah untuk menjadi orangtua yang cerdas, seorang ibu tak boleh mengelola keluarga mengandalkan naluri dan pengalaman semata, tetapi harus didasari dengan ilmu. Maka, keberadaan perpustakaan mini bagi ibu di rumah, menjadi sangat prioritas bagi ibu cerdas Indonesia.

Post : www.mushida.org